Fatwa Mimpi bertemu Allah azza-wa-jalla | Penjelasan Melihat Allah didalam Mimpi Muhammad Qasim
Penjelasan Allah didalam Mimpi Muhammad Qasim
“Allah Yang Maha Kuasa sering muncul dalam mimpiku. Aku tidak pernah melihat Allah dengan mataku dalam mimpiku. Aku hanya merasa bahwa Allah ada di Arsyil Adhzim (Singgasana Tertinggi). Dan aku mendengar suara-Nya dari balik tabir, suara itu terkadang turun dari langit atau aku akan melihat cahaya yang luar biasa terang.”
“Dan terkadang suara yang luar biasa akan datang dari cahaya yang luar biasa. Setiap kali aku melihat cahaya Allah, mata aku menjadi terpaku.
Tidak mungkin untuk menggambarkannya. Aku tidak bermaksud mengatakan bahwa cahaya ini adalah Allah melainkan cahaya Allah adalah versi megah cahaya yang diciptakan Allah.”
“Allah jauh melampaui segalanya untuk digambarkan sebagai cahaya. Dan Dia adalah pencipta cahaya. Bahkan suara Allah juga sangat luar biasa.
Suara Allah penuh dengan begitu banyak belas kasihan dan kemurnian yang jauh melampaui dugaan dalam kata-kata. Dan suara Allah dalam mimpiku jauh
melampaui eksistensi manusia.
Dan suaranya tidak memiliki kelemahan
ataupun kehabisan nafas saat berbicara.”
“Dalam setiap mimpi, aku merasa bahwa Allah lebih dekat kepada aku daripada bagian depan otak aku dan pembuluh darah jugularis/leherku.
Allah tidak pernah berbicara denganku dengan keras. Dia juga tidak pernah meninggikan suara-Nya dengan kemarahan atau berbicara kepada aku dengan cara yang kasar. Allah selalu berbicara kepada aku dengan sangat lembut dan damai, meskipun aku membuat banyak dosa setiap hari...
Tidak mungkin untuk menggambarkannya. Aku tidak bermaksud mengatakan bahwa cahaya ini adalah Allah melainkan cahaya Allah adalah versi megah cahaya yang diciptakan Allah.”
“Allah jauh melampaui segalanya untuk digambarkan sebagai cahaya. Dan Dia adalah pencipta cahaya. Bahkan suara Allah juga sangat luar biasa.
Suara Allah penuh dengan begitu banyak belas kasihan dan kemurnian yang jauh melampaui dugaan dalam kata-kata. Dan suara Allah dalam mimpiku jauh
melampaui eksistensi manusia.
Dan suaranya tidak memiliki kelemahan
ataupun kehabisan nafas saat berbicara.”
“Dalam setiap mimpi, aku merasa bahwa Allah lebih dekat kepada aku daripada bagian depan otak aku dan pembuluh darah jugularis/leherku.
Allah tidak pernah berbicara denganku dengan keras. Dia juga tidak pernah meninggikan suara-Nya dengan kemarahan atau berbicara kepada aku dengan cara yang kasar. Allah selalu berbicara kepada aku dengan sangat lembut dan damai, meskipun aku membuat banyak dosa setiap hari...
Sejauh perbincangan tentang melihat Allah Yang Maha Tinggi di dalam mimpi, Imam al-Taftazani (semoga Allah mencucurkan rahmat kepadanya) menyebutkan di dalam ulasannya mengenai al-Aqa’id milik Imam Nasafi (iaitu):
“Sejauh pertimbangan tentang melihat Allah di dalam mimpi, yang demikian adalah suatu perkara yang telah banyak diceritakan oleh para pendahulu (salaf). Dan tiada keraguan bahwa ini merupakan lebih kepada pengamatan dari hati dibandingkan pengamatan mata biasa.”
Mulla Ali al-Qari (semoga Allah mencucurkan rahmat kepadanya) menyatakan di dalam Syarh al-Fiqh al-Akbar-nya yang ternama (iaitu) :
“Kebanyakan dari para Ulamak adalah bersetuju bahwa melihat Allah Yang Maha Tinggi di dalam mimpi adalah boleh, tanpa penggambaran tentang pengandaian bentuk (kayfiyya), arah (jiha) atau pun hakikat (hay’a).
Telah diceritakan bahwa Imam Abu Hanifa (semoga Allah mencucurkan rahmat kepadanya) berkata: “Aku melihat Allah Yang Maha Tinggi sebanyak 99 kali sewaktu tertidur.” Kemudian beliau melihat-Nya untuk yang ke-100 kali pula, iaitu suatu kisah yang panjang yang tiada mudah untuk disampaikan di sini.
• Telah diceritakan pula bahwa Imam Ahmad (semoga Allah mencucurkan rahmat kepadanya) berkata: “Aku melihat Allah Yang Maha Tinggi dalam suatu mimpi, aku berkata: “Ya Rabb! Bagaimana caranya meraih kedekatan dengan-Mu?” Dia (Allah) menjawab: ”Dengan membaca Kalam-Ku (al-Quran).” Aku berkata: “Ya Rabb! Membaca dengan memahaminya atau tanpa memahaminya?” Dia (Allah) menjawab: “Dengan atau tanpa memahaminya.”
• Telah diceritakan pula dari Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bahwa beliau SAW bersabda: “Aku melihat Rabb-ku di dalam tidur.” Maka, melihat Allah di dalam tidur telah tercatat dari banyak pendahulu (salaf) dan hal itu merupakan suatu pengamatan dari hati oleh orang-orang yang mulia...”
[Syarh al-Fiqh al-Akbar, hal. 356-357]
Imam al-Bajuri (semoga Allah mencucurkan rahmat kepadanya) menyatakan :
“Sejauh tentang melihat Allah Yang Maha Tinggi ketika tidur, telah diceritakan dari Qadhi Iyadh bahwa tiada perbedaan pandangan mengenai keberadaan dan kebenarannya, iaitu bahwa setan tiada boleh menyerupai wujud Alah Yang Maha Tinggi sepertimana mereka tiada boleh menyerupai bentuk para Nabi (alaikumus salam)...” (Tuhfat al-Murid, hal. 118)
Kesimpulannya, melihat Allah Yang Maha Tinggi ialah masuk akal dan mungkin dan juga umat muslim akan diberkahi dengan pemandangan serupa di akhirat. Namun, tiada satu orang pun yang boleh melihat Allah di dunia ini dalam keadaan sadar kecuali Rasulullah Muhammad Sallallahu Alihi Wasallam, dan mengenai Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam pun ada perbedaan pendapat di antara para Sahabat Radhiallahu Anhuma. Sejauh pertimbangan tentang melihat Allah di dalam mimpi, hal ini ialah mungkin dan telah diceritakan dari banyak hamba Allah yang salih, suci dan para ulamak.
Allah Maha Mengetahui.
Comments
Post a Comment